bismillahirrahmanirrahim

Saling berkunjung dan bertamu adalah hal yang biasa terjadi. Bertamu bisa dilakukan kepada siapa saja, baik kepada sanak famili, tetangga, rekan kerja, teman sebaya bahkan kepada orang yang belum kita kenal. Namun, banyak di antara kita yang melupakan atau belum mengetahui adab-adab dalam bertamu, dimana syari’at Islam yang lengkap telah memiliki tuntunan tersendiri dalam hal ini. Alangkah baiknya jika kita mencontoh Rasulullah SAW, sebagaimana teladannya dalam bertamu sebagai berikut:

  1. Mintalah izin untuk masuk rumah (bertamu) maksimal 3x. Jika kita ingin masuk ke rumah seseorang, maka mintalah izin paling banyak 3x. Jika setelah meminta izin 3x, masih juga tidak diperbolehkan masuk, maka kita harus undur diri (pulang).
  2. Ucapkan salam ketika meminta izin masuk. Terkadang kita bertamu dengan memanggil-manggil nama orang yang hendak kita temui bahkan terkadang menggunakan sebutan yang kurang sopan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ucapan salam (Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh) adalah yang terbaik ketika meminta izin masuk.
  3. Ketuklah pintu rumah dengan cara yang baik dan tidak mengganggu. Ketuklah pintu rumah dengan cara tanpa berlebihan, baik dalam suara maupun cara mengetuknya. Dalam salah satu hadits, diceritakan bahwa di masa Rasulullah SAW, para sahabat mengetuk pintu dengan kuku jari tangan.
  4. Ambillah posisi berdiri dengan tidak menghadap pintu masuk. Sebaiknya posisi berdiri tamu tidak persis di depan pintu dengan menghadap ke ruangan. Sikap ini untuk menghormati pemilik rumah dalam mempersiapkan dirinya ketika menerima tamu. Ambillah posisi menghadap ke samping sambil mengucap salam. Dengan posisi tersebut, ketika pintu terbuka, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah.
  5. Jangan mengintip ke dalam rumah. Terkadang kita berusaha mengintip ke dalam rumah ketika penasaran apa ada orang di dalam rumah. Padahal Rasulullah SAW sangat membenci sikap seperti ini karena tidak menghormati pemilik rumah.
  6. Pulanglah jika kita disuruh pulang. Jika kita diminta pulang oleh pemilik rumah, maka kita harus segera mematuhinya tanpa merasa tersinggung karena hal tersebut adalah hak si pemilik rumah.
  7. Jawablah dengan nama jelas jika pemilik rumah bertanya “Siapa?”. Ketika pemilik rumah menanyakan nama kita, jawablah dengan nama kita secara jelas, jangan hanya “saya” atau “aku” saja.

What is Ultra Pure Synthetic Urine?

Ultra pure synthetic urine is a laboratory-made substance designed to mimic the chemical composition and physical properties of human urine. It is primarily used in situations where real urine is needed for testing purposes but may be unavailable or impractical to obtain.

Why is Ultra Pure Synthetic Urine Used?

Employment screening, drug testing, and medical diagnostics are some of the key reasons why ultra pure synthetic urine is utilized. Employers often require urine samples from job applicants or employees to screen for drug use, while medical professionals may use synthetic urine for calibration and testing purposes.

Composition of Ultra Pure Synthetic Urine

Ultra pure synthetic urine is formulated to closely resemble natural urine in terms of pH, specific gravity, creatinine levels, and other chemical markers. It typically contains a blend of water, urea, uric acid, creatinine, and other compounds found in real urine.

How to Use Ultra Pure Synthetic Urine

Preparing and using synthetic urine involves following specific instructions provided by the manufacturer. This typically includes heating the urine to body temperature, ensuring proper storage conditions, and discreetly delivering the sample during testing.

Legal Implications

The use of synthetic urine raises legal concerns, particularly in contexts where drug testing is mandated by law. While some jurisdictions prohibit the use of synthetic urine for cheating drug tests, others may have less stringent regulations.

Quality Assurance

Various brands and manufacturers produce ultra pure synthetic urine, each claiming to offer a reliable and effective product. However, the quality and consistency of these products can vary, making it essential for consumers to research and choose reputable brands.

Common Misconceptions

There are several misconceptions surrounding the use of synthetic urine, including beliefs about detection methods and the reliability of testing procedures. While synthetic urine may evade certain detection techniques, advances in testing technology continue to pose challenges for users.

Ethical Considerations

The use of synthetic urine raises ethical questions regarding integrity in testing and fairness in employment practices. Employers and testing agencies must balance the need for accurate screening with respect for individual privacy and rights.

Alternatives to Ultra Pure Synthetic Urine

For those seeking alternatives to synthetic urine, detoxification methods and lifestyle changes may offer viable options. These may include abstaining from drug use, undergoing detox programs, or adopting healthier habits to cleanse the body naturally.

Future of Synthetic Urine

The future of synthetic urine lies in technological advancements and regulatory changes aimed at enhancing the accuracy and reliability of testing procedures. Continued research and innovation in this field may lead to more sophisticated synthetic urine products and improved testing protocols.

Semoga hal-hal yang nampak sederhana, namun penting di atas dapat kita teladani dengan baik. Amin.

alhamdulillahirabbilalaminReferensi:

  1. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27)
  2. “Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24]: 28)
  3. Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!’” (HR. Bukhari dan Muslim)
  4. Dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
  5. “Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  6. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu: “Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
  7. “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud, shohih)
  8. “Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
  9. “Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang ntuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
  10. “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  11. Majalah Al Furqon edisi 2 Tahun II 1423 H, Terjemah Riyadush Shalihin, takhrij Syaikh M. Nashiruddin Al Albani jilid 2. Imam Nawawi. Cetakan Duta Ilmu. 2003
  12. http://muslimah.or.id/akhlaq/bertamu-dengan-cara-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

bismillahirrahmanirrahim

Pakaian adalah kebutuhan hidup sekaligus cermin perilaku kita. Pakaian yang baik adalah pakaian yang diridhoi oleh Allah SWT. Berikut adalah pesan Rasulullah SAW dalam memilih pakaian yang baik:

  1. Pakaian yang dikenakan bersih, longgar (tidak ketat), tidak tembus pandang, dan menutupi aurat;
  2. Tinggalkan pakaian yang mewah walaupun kita mampu membelinya. Utamakan sikap tawadhu (rendah hati);
  3. Rasulullah SAW suka memakai gamis dan kain hibarah (pakaian bercorak yang terbuat dari bahan katun);
  4. Untuk  laki-laki, Rasulullah SAW melarang menggunakan pakaian berbahan sutera dan emas;
  5. Jangan menggunakan pakaian yang terlalu panjang, apalagi hingga harus diseret (terkena lantai). Untuk laki-laki, Rasulullah SAW melarang pakaian yang menutupi mata kaki untuk laki-laki karena kesombongan;
  6. Untuk perempuan muslimah, panjangnya hingga menutupi telapak kaki, dan kerudungnya menutupi kepala, leher, dan dada;
  7. Untuk lelaki tidak berpakaian seperti perempuan, demikian juga sebaliknya;
  8. Tidak memakai pakaian yang bertambal atau yang lusuh, karena menurut Rasulullah, Allah senang melihat jejak nikmat Nya pada hamba-Nya;

  9. Mengutamakan pakaian yang berwarna putih, karena Rasulullah juga menyukai warna itu.

Dalam tata cara berpakaian secara umum, ada beberapa hal yang dicontohkan Rasulullah SAW:

  1. Berdo’alah ketika akan berpakaian. Salah satu contohnya adalah: “Alhamdulillahil ladzii kasaanii hadzat tauba warozaqqoniihi min ghoiri haulin minna walaa quwwah“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rizki daripada-Nya tanta daya dan kekuatan dari-ku”;
  2. Berdo’alah ketika akan mengenakan pakaian baru. Doa yang dianjurkan adalah: “Allahumma laka al hamdu anta kasautani hi. As’aluka khairahu wa khaira ma suni’a lahu, wa a’u dzu bika min syarrihi wa syarri ma suni’a lahu“, yang artinya: “Ya Allah bagi Mu segala puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada Mu kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada Mu dari kejahatannya dan kejahatan akibatnya”;
  3. Disunahkan memakai pakaian dari sebelah kanan terlebih dahulu;
  4. Berpakaianlah dengan rapi dan indah disesuaikan dengan tempat, tanpa berlebihan dan tidak dipaksakan;

  5. Disunahkan melepaskan pakaian dari sebelah kiri terlebih dahulu.

alhamdulillahirabbilalaminReferensi:

  1. Mu’adz bin Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Siapa yang menanggalkan pakaian yang mewah karena tawadlu’ kepada Allah padahal ia dapat membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di muka sekalian manusia untuk disuruh memilih sendiri pakaian iman yang mana yang ia kehendaki untuk dipakainya.” (HR. Tirmidzi)
  2. Hadis riwayat Barra’ bin Azib ra., ia berkata:Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk melaksanakan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang bersin (mengucap yarhamukallah), melaksanakan sumpah dengan benar, menolong orang yang teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarkan salam. Beliau melarang kami dari cincin atau bercincin emas, minum dengan wadah dari perak, hamparan sutera, pakaian buatan Qas (terbuat dari sutera) serta mengenakan pakaian sutera baik yang tebal dan tipis. (Shahih Muslim No.3848)
  3. Hadis riwayat Hudzaifah bin Yaman ra.: Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kalian minum dalam wadah emas dan perak dan jangan mengenakan pakaian sutera sebab pakaian sutera itu untuk mereka (orang-orang kafir) di dunia dan untuk kalian di akhirat pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.3849)
  4. Hadis riwayat Ali bin Abu Thalib ra., ia berkata: Dihadiahkan kepada Rasulullah saw. kain sutera bergaris. Rasulullah saw. mengirimkannya kepadaku maka aku pun memakainya. Tetapi aku melihat kemarahan di wajah beliau. Beliau bersabda: Sungguh, aku mengirimkan pakaian itu kepadamu bukannya untuk engkau pakai tetapi aku mengirimkannya agar engkau memotong-motongnya menjadi kerudung buat para wanita. (Shahih Muslim No.3862)
  5. Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Dari Qatadah ia berkata: Kami bertanya kepada Anas bin Malik: Pakaian apakah yang paling disukai dan dikagumi Rasulullah saw.? Anas bin Malik ra. menjawab: Kain hibarah (pakaian bercorak terbuat dari kain katun). (Shahih Muslim No.3877)
  6. Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih Muslim No.3887)
  7. Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Ia melihat seorang lelaki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran (penguasa) Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, pangeran datang! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan kainnya dengan kecongkakan. (Shahih Muslim No.3893)
  8. Doa berpakaian diatas diambil dari hadits riwayat seluruh penyusun kitab sunan, kecuali Nasa’i, lihat Irwaa’ul Ghalil 4/47
  9. Rasulullah SAW bersabda, ” Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki ummatku. (H.R.Abu Daud)”
  10. Rasulullah bersabda: Allah melaknati lelaki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki. (H.R. Bukhari)

  11. Doa yang dianjurkan adalah: “Allahumma laka al hamdu anta kasautani hi. As’aluka khairahu wa khaira ma suni’a lahu, wa a’u dzu bika min syarrihi wa syarri ma suni’a lahu”, yang artinya: “Ya Allah bagi Mu segala puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada Mu kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada Mu dari kejahatannya dan kejahatan akibatnya”.
  12. http://islam2u.bumicyber.org/index.php?option=com_content&view=article&id=147:36-terjemahan-hadits-shahih-muslim-kitab-pakaian-dan-perhiasan&catid=8:hadis-shahih-muslim&Itemid=13
  13. http://www.mail-archive.com/bicara@yahoogroups.com/msg03125.html
Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki
ummatku. (H.R.Abu Daud)

bismillahirrahmanirrahim

Makan adalah aktivitas yang pasti dilakukan setiap manusia. Cara dan pola makan sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani, bahkan rohani kita. Rasulullah Muhammad SAW telah mencontohkan cara dan pola makan ideal yang membuatnya hanya pernah 3x sakit selama hidupnya.

Prinsip yang selalu dipegang Rasulullah Muhammad terkait dengan makanan adalah:

  1. Hanya makan makanan yang Halal (diperbolehkan sesuai syariat) dan Thayyib (baik gizi dan kandungannya)
  2. Jangan pernah makan hingga terlalu kenyang.
  3. Jangan tergoda makan lagi sesudah kenyang 😀
  4. Jangan makan melebihi sepertiga perut, karena sepertiga lainnya adalah untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk udara (nafas).

Tata cara makan Rasulullah Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

  1. Bacalah doa sebelum makan;
    1. Minimal bacalah basmalah: “Bismillah“.
    2. Jika kita lupa membaca doa, lalu teringat ketika sedang makan, bacalah: “Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi“, yang artinya: “Dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya”.
  2. Duduklah dengan baik, tegap dan tidak bersandar, agar makanan turun dengan sempurna;
  3. Mencuci tangan sebelum makan;
  4. Makanlah dengan tangan kanan;
  5. Bersikaplah sederhana dan tidak berlebihan ketika makan;
  6. Mulailah makan dari hidangan atau porsi yang terdekat dengan kita;
  7. Jangan memenuhi mulut dengan makanan yang terlalu banyak;
  8. Jangan banyak bicara ketika sedang makan;
  9. Jika memungkinkan, makanlah bersama-sama (tidak berpencar sendiri);
  10. Jika makan bersama-sama dari satu tempat makan, jangan mengembalikan makanan yang tersisa di tangan ke tempat makan. Jadi cukup ambil suapan seperlunya saja sehingga tidak bersisa di tangan;
  11. Jangan mengeluarkan suara keras ketika sedang mengunyah makanan karena akan mengganggu orang lain;
  12. Jangan mengawasi dan melihat-lihat orang yang sedang makan, karena orang yang diawasi akan merasa terganggu dan mengurangi selera makannya 🙂
  13. Jangan menyisakan makanan di piring (tempat makan);
  14. Dianjurkan untuk membersihkan tangan dan jari-jari dengan mulut ketika selesai makan;
  15. Jika ada makanan yang jatuh, jika memungkinkan, dipungut, dibersihkan, lalu dimakan kembali;
  16. Setelah selesai makan, bacalah hamdalah: “Alhamdulillah“;
  17. Cuci tangan kembali setelah makan.

Beberapa kebiasaan Rasulullah SAW yang baik kita tiru:

  1. Setelah subuh, Rasulullah SAW meminum segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli;
  2. Ketika masuk waktu dhuha, Rasulullah SAW selalu makan tujuh butir kurma matang;
  3. Menjelang sore hari, Rasulullah SAW mengkonsumsi cuka dan minyak zaitun, tentu saja dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti 🙂
  4. Di malam hari, menu utama Rasulullah SAW adalah sayur-sayuran;
  5. Jika sedang berpuasa, Rasulullah SAW berbuka dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat magrib;
  6. Tidak makan lebih dari satu jenis makanan panas atau makanan dingin secara bersamaan;
  7. Tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu;
  8. Tidak langsung tidur setelah makan; 😀
  9. Tidak terlalu banyak makan daging.

Beberapa makanan kesukaan Rasulullah SAW tapi tidak rutin dikonsumsi adalah:

  1. Tsarid, yaitu campuran roti dan daging dengan kuah air masak (mirip bubur ayam);
  2. Buah yathqin atau labu manis;
  3. Anggur.

alhamdulillahirabbilalaminCatatan penting:

Doa sebelum makan yang berbunyi: “Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar”, yang artinya: “segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kami dan menunjuki kami”, serta doa setelah makan yang berbunyi: “Alhamdulillahilladzi ath’amana wa saqana fa arwana wa kullul ihsan ataana”, yang artinya: “segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kami dan menunjuki kami. Dan segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami sampai kami puas dan segala kebaikan yang telah datang kepada kami”, disebut oleh Imam Bukhori dan Imam Abu Hatim sebagai: ”Mungkarul hadits jiddan (hadits yang sangat munkar).” Demikian diterangkan oleh Imam Dzahabi di Mizan-nya (3/548-549) dan Al Hafizh Ibnu Hajar dikitabnya Lasaanul Mizan (5/165-166) dan Imam Al’Uqailiy di kitabnya Adh Dhu’afaa’ (4/67-68). Wallahu’alam bishawab 🙂

Referensi:

  1. Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah bagi manusia untuk mengkonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya)”
  2. Rasulullah SAW bersabda: “Jika tidak bisa demikian, maka hendaknya ia memenuhi sepertiga lambungnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas”
  3. Apabila seseorang di antara kamu memakan makanan, katakanlah ‘Bismillah’. Apabila lupa pada permulaannya, katakanlah ‘Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi.'” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
  4. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku tidak makan dengan bersandar”
  5. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang makan tujuh butir korma, maka akan terlindungi dari racun”
  6. Ceramah Umum “ghidza`unnabi” oleh Prof. Dr. Musthofa Romadlon di Wisma Nusantara, Kairo, Mesir) ditulis oleh Muhammad As’ad Mahmud, Lc. dan diceritakan kembali oleh bangdha.multiply.com
  7. Islamhouse.com

bismillahirrahmanirrahim

Tidur adalah salah satu kebutuhan terpenting bagi tubuh dan jiwa kita, sekaligus merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak ternilai. Sayangnya tidak semua orang mengerti bagaimana cara tidur yang berkualitas tinggi seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Berikut ini adalah tips singkat mengenai bagaimana cara beliau ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, semoga bisa kita ikuti 🙂

Ketika akan tidur:

  1. Berwudhu-lah seperti wudhu ketika akan sholat;
  2. Bacalah do’a sebelum tidur. Pilihlah salah satu dari contoh doa Rasulullah SAW di bawah ini:
    1. Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa“, yang artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup”;
    2. Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka“, yang artinya: “Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu”;
    3. Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa“, yang artinya: “Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mati dan aku hidup”;
    4. Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta“, yang artinya: “Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus”.
  3. Bacalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas dalam posisi berbaring. Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah membaca ketiga surat tersebut setelah mengumpulkan kedua telapak tangannya dan meniupnya. Kemudian setelah selesai membaca, beliau mengusapkan kedua tangannya 3x ke seluruh badan yang mampu diusap, dengan dimulai dari kepala, muka, dan bagian depan badannya;
  4. Berbaringlah dengan memiringkan tubuh ke arah kanan;
  5. Letakkan tangan kanan di bawah pipi sebelah kanan;
  6. Dan tidurlah dengan tenang dan damai 🙂

Ketika bangun tidur:

  1. Berdoalah dengan doa yang beliau ajarkan ini: “Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali”;
  2. Usaplah bekas tidur dari wajah dengan tangan;
  3. Hiruplah air ke dalam hidung lalu keluarkan (semburkan) kembali. Ini disebut beristinsyaq dan beristintsaar;
  4. Sikat gigi (bersiwak);

Hal lain yang penting tentang cara tidur beliau:

  1. Tidurlah di awal malam setelah sholat Isya
  2. Jangan pernah tidur dalam posisi tengkurap (perut ada di bawah)

Nah, mudah kan? Silahkan dipraktekkan 🙂
alhamdulillahirabbilalamin

Referensi:

  1. “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)
  2. Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.
  3. Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
  4. Hudzaifah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdoa: Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa (Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mat dan aku hidup). Dan jika bangun dari tidurnya beliau berdoa: Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan daku kembali setelah mematikan daku, dan kepada-Nya tempat kembali).” (HR. At Tarmidzi)
  5. Dari Al Barra’ bin Azib ra berkata, “Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: “Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus.” (HR. Bukhari)
  6. “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
  7. Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.
  8. “Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
  9. Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)
  10. “Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ‘Alaih)
  11. “Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
  12. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
  13. “Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” (HR. Muslim No. 763 (182)
  14. “Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)
  15. “Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)
Powered by: Wordpress | IdWebHost.com |
FreeWebSubmission.com| | ASR Technology |
© 2010 cara-muhammad.com
| Home | Hubungi kami |
Suffusion theme by Sayontan Sinha